SEJARAH RIWAYAT NABI BESAR MUHAMMAD SAW (Laksana Cahaya Diatas Cahaya)




SEJARAH RIWAYAT NABI BESAR MUHAMMAD SAW
                  


1. Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Menurut jumhur (mayoritas) ulama, Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada hari Senin tanggal 12 Rabbiul Awwal, tahun Gajah atau bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Dikatakan tahun Gajah karena pada tahun kelahiran Nabi datanglah pasukan bergajah dari negeri Yaman yang dipimpin oleh raja Abrahah ke Makkah yang bertujuan ingin menghancurkan Ka’bah tetapi digagalkan Allah SWT.
Pada waktu ingin melahirkan, sama sekali ibu Nabi yaitu Aminah tidak mengira bahwa ia ingin melahirkan, karena tidak merasakan sakit sama kali dan pada waktu ingin melahirkan munculah dua orang perempuan yang cantik sekali dengan wajah yg berseri-seri, mereka bernama Asiah dan Maryam dan ia bersama beberapa bidadari. Mereka datang karena atas perintah Allah SWT untuk menyambut kelahiran Nabi yg kelak akan menjadi seorang Nabi Akhir Zaman. Di saat Aminah melahirkan, kedua perempuan itulah yang membantu mengurus kelahirannya bagaikan bidan yg mengurus dari awal kelahiran sampai selesai.
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW terlahir dalam posisi bersujud, dalam keadaan sudah bersih (dikhitan), sudah terpotong pusatnya dengan kekuasaan Allah SWT, sementara riwayat lain menyatakan bahwa beliau dikhitan oleh kakeknya yaitu Abdul Muthalib. Beliau terlahir sebagai yatim, karena ayahnya yang bernama Abdullah wafat  pada masa Aminah mengandung Nabi berusia dua bulan, pada saat itu Abdullah sedang dalam perjalanan mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adiy dari suku Najjar dan selama sebulan beliau tinggal bersama mereka dalam keadaan sakit dan akhirnya wafat serta dimakamkan di Madinah.
Pada waktu Aminah mengandung Nabi, ia bermimpi kedatangan para nabi-nabi dan nabi-nabi pun berpesan kepada Aminah, sesungguhnya jika kelak bayimu lahir berilah dengan nama “MUHAMMAD” artinya (yang terpuji).


Mimpi Aminah saat mengandung Nabi Muhammad SAW bertemu para Nabi-Nabi :


Pada bulan Rajab, bermimpi Nabi Adam a.s

Pada bulan Sya’ban, bermimpi Nabi Idris a.s
Pada bulan Ramadhan, bermimpi Nabi Nuh a.s
Pada bulan Syawwal, bermimpi Nabi Ibrahim a.s
Pada bulan Dzulqoidah, bermimpi Nabi Ismail a.s
Pada bulan Dzulhijjah, bermimpi Nabi Musa a.s
Pada bulan Muharram, bermimpi Nabi Daud a.s
Pada bulan Safar, bermimpi Nabi Sulaiman a.s
Pada bulan Rabi’ul Awwal, bermimpi Nabi Isa a.s
 

Setelah Nabi dilahirkan, Nabi tidak langsung disusui oleh ibunya tetapi disusui selama tiga atau enam hari oleh Tsuwaibah (perempuan yang dimerdekakan oleh Abu Lahab). Sesungguhnya ini adalah adat kebiasaan para bangsawan Makkah, jika lahir anak laki-laki maka tidak langsung disusui oleh ibu kandungnya. Disebabkan untuk menjaga kondisi tubuh ibunya agar tetap segar dan jika dikirim untuk disusukan oleh kaum ibu di pegunungan dan dibesarkan ditempat itu juga akan jauh lebih baik pertumbuhan fisik anak balita dari pada dibesarkan di kota yang udaranya terkenal sangat panas. Maka setelah disusui oleh Tsuwaibah, Abdul Muthalib (kakek Nabi) menyerahkan cucunya kepada seoarang perempuan diluar kota Makkah yang bernama Halimah dari golongan Kabilah Bani Saad.

Halimah menyampaikan pengakuannya bahwa bayi Nabi Muhammad SAW lain dari pada yg lain, sejak kecil ia mempunyai tanda-tanda istimewa, yang tidak terdapat pada bayi-bayi lainnya, seperti :

Usia tiga bulan sudah pandai berdiri

Usia lima bulan sudah pandai barjalan
Usia sembilan bulan sudah pandai berbicara dengan lancar
Usia dua tahun sudah bisa membantu menggembala kambing
 


Pada suatu hari, ketika anak anak dusun sedang menggembalakan kambing bersama Nabi, tiba tiba datanglah dua makhluk (yg menyerupai orang) yg turun dari langit. Dan makhluk itu membaringkan Nabi kerumput lalu dibelahlah dada Nabi dan dibasuhi dengan air yang mereka bawa di suatu bejana. Dibelahnya dengan suatu pisau yg bentuknya beda dengan yg lainnya. Ditancapkanlah pisau itu di bawah tenggorokan Nabi dan ditarik hingga berada dibagian atas pusar Nabi, lalu tulang dada Nabi menjadi terbelah dua, tanpa setetes pun mengeluarkan darah, lalu hati Nabi dikeluarkan dan dicuci dengan air yang dibawanya tadi, lalu diujung hati Nabi dikerat dan dibuang sedikit karena dibagian itulah tempat setan yg senantiasa membikin was-was hati manusia. Setelah selesai dirapatkanlah kembali hati Nabi tanpa dijahit dan tidak ada rasa sakit sama sekali yang Nabi rasakan, lalu dua orang itu kembali naik ke atas ufuk yg sangat tinggi sekali dengan kecepatan yang sangat luar biasa.


Kejadian-Kejadian Luar Biasa Saat kelahiraan Nabi Muhammad SAW :



Langit tambah menjadi terjaga dari jin yg jahat dan setan-setan yang mau naik sehingga tertolak. 

Memancarlah cahaya yg terang menyinari gedung-gedung negeri syam yg dibawah kekuasaan kerajaan Qaishar.

Padamlah api yang menjadi sesembahan di beberapa kerajaan persia. Hancurlah patung-patung berhala yang ada disekitar ka’bah. Dan masih banyak kejadian yang lainnya. 




2. Nasab Keturunan Nabi Muhammad SAW

Dalam bab Mab’ats An-Nabiyyi SAW diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari:

Nabi Muhammad SAW
Abdullah
Abdul Muthalib
Hasyim
Abdul Manaf
Qusyai
Kilab
Murrah
Ka’ab
Luai
Ghalib
Fihr
Malik
Nadhr
Kinanah
Khuzaimah
Mudrikah
Ilyas
Mudhar
Nizar
Ma’add
Adnan


Dalam kitab Tarikh Al-Kabir ditambahkan riwayatnya oleh Al-Imam Bukhari :
Udud
Al-Maqum
Nahur
Tarh
Ya’rab
Nabit
Nabi Ismail a.s
Nabi Ibrahim a.s





3. Wafatnya Aminah (Ibunda Nabi Muhammad SAW)

Ketika Nabi yang baru berumur dua tahun, Nabi diserahkan kepada ibu kandungnya kembali, namun setelah beberapa bulan kemudian, Nabi dibawa kembali kepada Halimah, karena Aminah merasa khawatir akan terjangkit penyakit menular yang pada saat itu sedang merajalela di kota Mekkah, dan Nabi berada diasuhan Halimah masih selama empat tahun lagi bersamanya.
Pada usia enam tahun. Halimah kembali menyerahkan Nabi kepada ibu kandungnya di Mekkah, Halimah terasa berat dan sedih akan segera berpisah dari Nabi, setelah berpisah Halimah sering berkunjung ke Mekkah untuk menemui dan melihat Nabi, karena ia menganggap Nabi bagaikan anak kandungnya sendiri.
Aminah menceritakan seluruh keluarganya kepada Nabi dan ayahnya yang sudah meninggal, dan pada suatu hari Aminah mengajak Nabi bersama Ummu Aiman berziarah ke Madinah, Aminah ingin memperlihatkan kepada anaknya dimana letak makam almarhum ayahnya. Selama kurang lebih satu bulan mereka bermukim di Madinah.
Setelah itu, Aminah dan Nabi serta Ummu Aiman pulang ke Mekkah, mereka menaiki onta melalui gurun sahara atau padang pasir yg panas teriknya sangat menyengat, ketika Nabi dan ibu kandungnya serta Ummu Aiman sampai disuatu dusun yg terletak antara kota Madinah dan Mekkah yg bernama Abwa, disinilah Aminah jatuh sakit dan terpaksa perjalanan pulang ditunda, lalu mereka mampir kerumah salah seorang kerabat Nabi, setelah beberapa waktu lamanya Aminah sakit, lalu tibalah Aminah pulang Kerahmatullah, meninggalkan anak yg dicintainya dan disaat itulah umur Nabi masih enam tahun sudah menjadi Yatim Piatu. Lalu Aminah dimakamkan di Abwa dan hanya Ummu Aiman yg menemani Nabi kembali pulang ke Makkah dengan hati yg duka cita.



4. Wafatnya Abdul Muthalib (Kakek Nabi Muhammad SAW)
Dan setalah ibundanya Nabi wafat, Nabi diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, dengan asuhan yg penuh rasa kasih sayang itu untuk sang cucu, tiba tiba dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena sakit tua.
Diceritakan dalam suatu riwayat, ketika sakitnya dalam keadaan kritis, ia lalu memanggil seluruh anak anaknya untuk berkumpul dan ia mewasiatkan Nabi kepada mereka untuk dijaga, dan Nabi pun memilih Abu Thalib (ayah kandung Ali r.a) untuk menjaga dan mengasuh dirinya.

  
5. Mencari Nafkah Ketika Masih Kanak-Kanak
Setelah wafatnya Abdul Muthalib, Lalu Nabi mengikuti pamannya (Abu Thalib), Abu Thalib adalah orang yg penuh wibawa, sabar, dan tekun. Pekerjaannya adalah berdagang ketempat yg jauh, yg sering membawa barang dagangan ke Syiria (Syam).
Ketika berumur sepuluh tahun, Nabi bekerja sebagai penggembala kambing kepunyaan penduduk Makkah, dengan tujuan untuk mencari nafkah sendiri agar tidak merepotkan pamannya dan tidak ingin selamanya menggantukan nasibnya kepada pamannya.
Ketika berumur dua belas tahun, Nabi diajak berdagang bersama pamannya Abu Thalib ke negri Syiria, inilah pengalaman pertamanya Nabi pergi berdagang pada sekitar tahun 582 Masehi. Dan ketika Nabi sudah sampai di sana, ada seorang pendeta Kristen yg bernama Buhaira. Tiba-tiba ia merasa heran karena melihat segumpalan awan yg selalu menaungi serombongan kabilah itu yg datang dari makkah.
Lalu para rombongan kabilah itu dipersilahkan masuk kerumah pendeta itu, lalu Abu Thalib diajak dialog secara empat mata dengan pendeta itu, dan pendeta itu bertanya “siapakah anak itu yg bersama dengan tuan ?” dan Abu Thalib menjawab “Bahwa ia adalah keponakan saya yg bernama Muhammad Bin Abdullah” lalu pendeta itu berkata “Sesungguhnya bahwa kelak dikemudian hari, Muhammad akan  menjadi Nabi Akhir Zaman yg diterangkan di dalam Kitab Injil dan Taurat” dan tentunya Abu Thalib sendiri akan lebih berhati-hati dalam menjaga Nabi.

Dari Atha Bin Yasar dari Ka’ab Al-Ahbar telah berkata :
“Ayahku telah mengajarkanku kepadaku kitab Taurat hingga tamat, kecuali selembar saja yang tidak diajarkan dan memasukannya kedalam peti. Maka setelah ayahku meninggal, aku buka peti itu ternyata selembar kitab Taurat tadi menerangkan halnya Nabi akhir zaman yg tempat kelahirannya dikota Makkah dan berpindah ke Madinah serta kepemerintahannya meluas ke negri Syam”


6. Nabi Muhammad SAW Ketika Mudanya

Pada masa mudanya Nabi pernah membuat suatu perkumpulan yg dinamakan “Hilful Fudhul”. Maksud dan tujuan perkumpulan ini adalah untuk melindungi orang-orang agar jangan sampai teraniaya oleh tindakan orang-orang yg tidak bertanggung jawab. Dengan adanya usaha-usaha ini yg dipimpin oleh Nabi sendiri, terhentilah segala bentuk kejahatan, perampasan dan pencurian di kota Mekkah. Melihat kenyataan yg demikian itu, penduduk kota Mekkah mengucapkan terima kasih atas usaha-usaha yg dilakukan oleh Nabi dan kawan-kawannya. Nabi diantara anggotanya dikenal sebagai pemuda yg jujur, sehingga orang-orang penduduk mekkah memberikan julukan kepada Nabi sebagai “Al-Amin, artinya orang yg boleh dipercaya”.




7. Ketika Berusia 25 Tahun dan Menikah Dengan Khadijah
Dalam usia 25 tahun, nama Muhammad sudah popular dan masyhur di mana-mana karena kelakuannya amat terpuji. Disaat itu Nabi senantiasa menimbulkan suatu persoalan-persoalan yg menjadi pertanyaan didalam hatinya, diantaranya :
Mengapa orang suka memuja-muja patung atau arca lalu sujud dihadapannya, padahal patung itu benda mati dan dibuat oleh manusia.

Mengapa orang-orang besar para bangsawan dan sebagian  rakyat umum suka membunuh bayi perempuan, lalu dianggapnya sebagai adat istiadat.

Mengapa manusia dijual belikan bagaikan hewan yaitu budak laki-laki maupun perempuan.

Dan disaat itulah Nabi bercita-cita untuk merubah keadaan yg demikian itu dan juga ingin merubah keadaan nasib bangsanya.

Lalu dikota Mekkah ada seorang perempuan dari kalangan orang-orang baik keturunannya, namanya Siti Khadijah Binti Khuailid, ia adalah seoarang janda yg kaya raya, cantik dan masih terlihat muda walupun usianya telah mencapai sekitar 40 tahun.
Khadijah sudah lama ditinggal mati oleh suaminya, banyak orang-orang hartawan yg tertarik hatinya untuk mengambilnya sebagai istri, namun Khadijah tidak berkenan kepada mereka karena satupun dari mereka tidak ada yg disetujui oleh kata hatinya. Meskipun Khadijah adalah seorang perempuan namun ia memiliki keahlian dalam bidang perdagangan, dan perdagangannya terkenal sampai ke negeri Syam dan negeri-negeri lainnya, karyawannya banyak dan ia mempunyai seoarang sekertaris yg terkenal yaitu Maisarah seorang budak laki-laki yg cekatan, cerdik dan pandai dan sangat dipercaya. Meskipun ia sudah dibebaskan dalam budak namun ia masih tetap senang bekerja sengan Khadijah dan menjadi karyawannya yg setia.
Sebenarnya Khadijah sudah lama bercita-cita ingin bersuami kembali namun ia merasa belum ada yg cocok seperti yg diinginkannya dalam kata hatinya, ia menginginkan untuk mencari seorang yg memiliki keahliannya dalam perdagangan yg aktif dan jujur yg bisa dipercaya, maka setelah Khadijah mendengar nama Muhammad, ia merasa tertarik untuk menjadikan Nabi sebagai pegawainya yg bisa diamanati dan diserahi membawa barang dagangannya ke negeri Syam, lalu Khadijah berjanji akan memberikan gaji yg cukup memuaskan. Lalu nabi menerima tawaran Khadijah dan Nabi datang menemui Khadijah, ketika itu Khadijah terpesona melihat Muhammad dan dalam hatinya mengakui bahwa nama Muhammad pantas karena orangnya memang baik budinya.
Lalu Nabi diberi amanah oleh Khadijah untuk pergi berdagang ke negeri Syam dan Syiria bersama Maisarah, sebelum keberangkatannya Khadijah berpesan kepada Maisarah agar membawa buku catatan untuk mencatat apa saja yg terjadi dalam perjalanan bersama Nabi ke negri Syam dan Syiria, dan berangkatlah Nabi bersama Maisarah pada hari yg ditetapkan.



Menurut catatan Maisarah, dijelaskan sebagai berikut :

1 Dalam perjalanan ke Syiria, ada segumpalan awan yg menaunginya.

2. Perjalanan yg biasa ditempuh dalam waktu sebulan tetapi kini sebulan sebelumnya kami telah sampai.

3. Dagangan yg dibawa Muhammad mendapatkan sambutan baik dari masyarakat di kota setempat dan dengan waktu singkat dagangannya terjual habis.

Setelah Nabi kembali dari perjalanan berdagangnya, diserahkan semua uang keuntungannya itu kepada Khadijah, lalu Nabi pulang kerumahnya setelah ia menerima imbalan dari Khadijah, dan Khadijah sepertinya merasa tertarik dan simpati betul kepada pribadi Nabi, lalu ia berhasrat ingin mengajak Nabi menjalin hubungan rumah tangga dan Nabi tidak keberatan memenuhi ajakan Khadijah untuk menjalin hubungan rumah tangga, meskipun Khadijah lebih tua lima belas tahun umurnya ketimbang Nabi, ini dimaksudnya Nabi untuk mendobrak adat kebiasaan lama yaitu anak lelaki perjaka harus menikah dengan perempuan yg masih gadis dan merupakan keaiban jika ada pemuda perjaka yg menikah dengan perempuan janda.





Nabi hidup rukun dengan istrinya Khadijah dan pernikahan mereka berdua ini melahirkan enam orang anak, dua anak laki-laki dan empat anak perempuan, diantaranya :
1. Qasim
2. Abdullah
3. Zainab
4. Ruqayah
5. Ummu Kultsum
6. Fatimah
Ada satu anak Nabi yang terlahir bukan dari rahim Khadijah yaitu bernama Ibrahim (anak dari isteri Nabi yg bernama Maria Al-Qibtiah).



8. Isteri-Isteri Nabi Muhammad SAW

Dari sebelas istri Nabi yg wafat saat Nabi masih hidup adalah 2 orang yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah. Sedangkan isteri Nabi yg sembilan masih hidup saat Nabi wafat. Dalam riwayat lain Nabi mempunyai keseluruhan isteri sebanyak 12 orang.
Isteri-isteri Nabi disebut dengan julukan “Ummul Mu’minin” artinya ibu orang-orang beriman. Karena mereka banyak menolong menyebarkan agama Islam di kalang kaum ibu.
Nabi menikahi mereka semua setelah Khadijah meninggal dunia dan mereka semua dinikahi dalam keadaan janda kecuali Aisyah r.a.

Nama isteri-isteri Nabi Muhammad SAW :

1. Khadijah binti Khuwailid
2. Saudah binti Zam’ah
3. Aisyah binti Abu Bakar r.a
4. Hafshah binti Umar r.a
5. Zainab binti Khuzaimah
6. Hindun Ummu Salamah binti Ummayah
7. Ramlah Ummu Habibah binti Abu Sofyan
8. Zainab binti Jahsyin
9. Juwairiyah binti Al-Harits
10. Shofiyah binti Huyay
11. Maimunah binti Al-Harits Al-Haliyah
12. Maria Al-Qibtiyah

9. Ketika Berusia 30 Tahun

Ketika Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun, para kepala suku bangsa arab yg tinggal di kota Makkah pada saat itu sedang ramai memperbaiki Ka’bah yg mengalami kerusakan karena terkena banjir besar yg diakibatkan oleh turunnya hujan deras yg terus menerus sehingga “Hajar Aswad” pindah dari tempat semula dan terbawa oleh arus banjir itu.
Setiap penduduk kota Makkah sepakat untuk turut membantu pekerjaan itu dengan sukarela dan bergotong royong, tetapi tidak disangka-sangka justru timbul percecokan di kalangan mereka dan setiap orang berkeinginan untuk dapat memegang dan mengangkat serta meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula dengan tangannya sendiri, akhirnya terjadi pertengkaran mulut dan untungnya tiba tiba ada sesepuh diantara mereka yg mengusulkan pendapat sebagai berikut :
“Jika kita terus menerus bertegang urat leher, maka cara demikian itu bukanlah suatu penyelesaian, keputusan ini kita tanggungkan sampai besok pagi, (siapakah orang pertama yg masuk ke Masjidil Haram besok, maka dialah yg akan kita mintakan supaya mengangkat Hajar Aswad dan meletakannya kembali ketempat semula)”

Dan akhirnya mereka semua menyetujui usul itu dan mereka kemudian berkumpul di dalam masjid itu, lalu mereka menunggu-nunggu siapakah orang yg pertama dan pemula yg akan datang selain dari mereka itu.
Maka takdir Allah SWT, ketika itu Nabi muncul dan masuk kedalam masjid itu, lalu disaat itu Nabi ditunjuk beramai-ramai untuk memindahkannya dan dengan senang hati Nabi menerima penunjukan mereka itu. Nabi adalah orang yg bijak dan dalam hal ini pun ia memili kebijaksanaan agar setiap kepala suku ikut serta merasakan mengangkat dan memindahkan Hajar Aswad pada tempatnya semula. Lalu Nabi menghamparkan sorbannya lalu meletakan batu Hajar Aswad di tengah-tengah sorbannya, dan Nabi meminta kepada para kepala suku agar bisa memegang setiap ujung sorban itu dan bersama-sama mengangkatnya dan menggotongnya ke sana.
Semua kepala suku Quraisy merasa senang dan girang sekali dalam menyambut dan menerima ajakan Nabi, setelah sampai di tempatnya semula lalu Nabi memegang Hajar Aswad dengan kedua tangannya lalu mengangkatnya dan  meletakannya sendiri ketempat semula. Mereka kesemuanya merasa sangat puas dengan cara yang dilakukan Nabi karena telah mendapatkan kehormatan untuk mengangkat Hajar Aswad itu.


10. Ketika Pembebasan Budak

Ada suatu hal yg dilakukan oleh Nabi yg tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab lain sebelumnya yaitu pembebasan budak atau hamba sahaya baik laki-laki maupun perempuan lalu membimbing  dan menjaganya.
Nabi sebenarnya tidak menyetujui adanya sistem perbudakan yg demikian itu dan ia sendiri sangat membencinya. Maka setelah ia menikah dengan Khadijah, Nabi mendapatkan hadiah beberapa orang budak dari Khadijah, lalu semua para budak-budak itu dimerdekakan oleh Nabi dan diberikan kebebasan dan dibolehkan pergi kemana saja yg mereka kehendaki dan sukai. Dengan senang hati para budak-budak itu pergi kemana saja yg mereka inginkan, tetapi ada juga yg dengan senang hati sendiri menginginkan tetap tinggal bersama Nabi diantaranya adalah budak yg bernama Zaid Bin Harits.
Zaid berkata :
“Meskipun saya telah di merdekakan dan dibebaskan pergi ke mana saja yg saya inginkan, namun saya mohon izinkanlah saya untuk tetap tinggal bersama tuan”
Nabi menjawab :
“Jangan kau panggil aku sebagai tuan, aku lebih menyukai jika kau memanggilku bapak saja”


11. Ketika Menerima Wahyu Pertama

Setelah bertahun-tahun lamanya Nabi berusaha dan berjuang melalui perkumpulan yg pernah dibentuknya, namun masih juga hatinya diliputi kecemasan dan ketidak puasan, karena ia masih melihat keburukan yg terdapat dikalangan bangsanya. Nabi tidak suka melihat orang-orang zalim, kejam, sering kali melihat penganiayaan dan juga lebih tidak sesuai lagi dengan pikirannya, mengapa manusia memuja-muja patung ,arca dan berhala. Maka timbulah kemauan yg besar dalam jiwa Nabi untuk menghilangkan kebiasan-kebiasan itu dari kalangan masyarakat.
Ketika itu usia Nabi 40 tahun, ia sering kali mengasingkan diri disebuah gua dari sebuah gunung yg letaknya tidak jauh dari kota Makkah, yg  namnya adalah Gua Hira’ . Pada siang harinya Nabi berpuasa dan pada malam harinya Nabi tafakkur untuk menenangkan dirinya dan perasaannya hanya ingat kepada pencipta alam semesta untuk meminta petunjuknya.
Pada suatu malam, tanggal 17 Ramadhan tahun 40 dari kelahirannya, tiba-tiba gua yg ditempatinya itu menjadi terang benderang yg memancarkan cahaya bersinar, yg menerangi seluruh ruangan dalam gua itu dan turunlah suatu makhluk dari langit yg berbentuk manusia dengan kecepatan yang luar biasa kencangnya, lalu menghampiri Nabi. Setelah makhluk itu mengucapkan salam kepadanya, lalu berjabat tangan dengannya dan duduk bersila berhadapan dengannya, sehingga beradu lutut dengannya.
Makhluk itu sebenarnya tidak lain  adalah malaikat Jibril a.s yg menjelmakan dirinya berbentuk manusia, lalu Jibril a.s menghamparkan kain sutera yg halus yg bertuliskan huruf-huruf dan Jibril kemudian berkata kepada Nabi Muhammad SAW :
“IQRA’ BISMI RABBIKAL-LADZI KHALAQ”
“KHALAQAL INSANA MIN’ALAQ”
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah”
Nabi menjawab :
“ MA ANA BIQARI”
“Saya tidak bisa membaca"
  
Lalu Jibril a.s memeluk Nabi, hingga kepala  Nabi berada di dada Jibril a.s hingga Nabi sedikit susah bernafas, lalu Jibril a.s melepaskannya dan berkata lagi :
“IQRA’ WA RABBUKAL-AKRAM”
“ALLADZI ALLAMA BIL-QALAM”
“ALLAMAL-INSANA MA LAM YA’LAM”
“Bacalah, dan tuhanmu itu Maha Mulia. Yang telah mengajarkan menulis dengan qalam. Yang telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”

Nabi menjawab lagi :
“WAMA ANA BIQARI”
“Dan saya tidak bisa membaca"

Lalu Jibril a.s sekali lagi memeluk Nabi, sehingga Nabi merasakan kelagepan dan Jibril a.s menyuruhnya membaca sekali lagi, tapi Nabi tetap menjawab : “WAMA ANA BIQARI” . Lalu Jibril a.s memeluknya lagi untuk ketiga kalinya dan agak lama lalu dilepaskannya.
Lalu dengan izin Allah SWT seolah-olah tulisan itu melekat pada hatinya dan Nabi dapat membacanya dan itulah proses diturunkannya wahyu  petama kepada Nabi Muhammad SAW.
Telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda :
“Aku adalah  yang pertama diantara para Nabi dalam penciptaannya, Namun aku adalah yang terakhir dalam keRasulan”
Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 185 :
“SYAHRU RAMADHANAL-LADZI UNZILA FIHIL-QUR’AN HUDAL-LINNASI WA BAYYINATIM-MINAL-HUDA WAL FURQAN”
Artinya :
“Di bulan Ramadhan itu, yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan dari petunjuk itu, serta pembedaan (antara yg haq dan batil).”


12. Orang Pertama Pemeluk Islam

Orang-orang pertama yang mempercayai kerasulan Nabi Muhammad SAW :
1.      Siti Khadijah (isteri Nabi)
2.      Zaid Bin Harits (anak angkatnya Nabi)
3.      Ali Bin Abu Thalib (anak pamannya Nabi)
4.      Abu Bakar As-Siddiq (sahabatnya Nabi)
Lalu di ikuti oleh :
1.      Utsman Bin Affan
2.      Abdurrahman Bin Auf
3.      Thalhah Bin Ubaidillah
4.      Saad Bin Abu Waqqas
5.      Zuber Bin Awwam
6.      Ubaidillah Bin Jarah
Dan selama 3 tahun, Nabi Muhammad SAW, baru mendapatkan pengikut sebanyak 40 orang.





13. Dakwah Secara Terang-Terangan

Pada saat itu Nabi mengundang orang-orang Makkah dalam suatu pertemuan dan pertemuan semacam ini dilaksanakan sampai beberapa kali, yg isinya antara lain Nabi menjelaskan :

Pencipta alam semesta ini ialah Allah SWT (tuhan yg satu).

Tiada tuhan yg patut disembah kecuali Allah SWT.

Sepatutnyalah penduduk kota Mekkah meninggalkan pemujaan kepada patung-patung buatan manusia sendiri.

Jika patung-patung itu diserang, maka patung itu tidak akan dapat membela dirinya.

Tetapi Allah SWT (Tuhan yg satu, tuhan yg maha Esa) akan menolong siapa saja yg memohon pertolongan dan bantuan kepadanya.
Pada suatu ketika pemuka-pemuka Quraisy berkumpul mengadakan rapat, dan hasil rapat yg mereka putuskan adalah memberantas agama Islam agar lenyap dari permukaan bumi dan tahapan pertama yg akan mereka lakukan adalah membujuk dan merayu Nabi dengan :

1.      Mempersembahkan harta kekayaan.
2.      Memberikan pangkat dan kedudukan yg tinggi.
3.      Menjanjikan untuk dicarikan isteri muda yg cantik berapapun yg disukainya.

Dan tawaran-tawaran itu diajukan kepada Nabi dengan syarat untuk menghentikan segala bentuk kegiatannya dalam menyebarkan agama Islam.

Lalu dengan tegasnya Nabi menyampaikan jawabannya kepada mereka itu :
“Meskipun tuan-tuan akan meletakkan matahari ditangan kanan saya, dan bulan ditangan kiri saya, setapakpun saya tidak akan mundur, sehingga ajaran Islam menyebar ke seluruh semenanjung Arab bahkan ke seluruh pelosok dunia”
Setelah tahapan pertama yg orang-orang Quraisy usahakan itu menemui kegagalan, lalu mereka mencobanya lagi dengan cara kekasaran dan kekerasan yaitu melalui teror dan penyiksaaan dan terutama sekali ditunjukan kepada pemeluk-pemeluk islam dari kalangan orang misik dan budak-budak belian.


14. Menentang Ajaran Agama Islam

Orang-orang musyrik Quraisy Makkah maupun Abu Jahal mengadakan rapat rahasia, hasil rapat itu memutuskan untuk memboikot keluarga Nabi yg telah memeluk Islam dan pengikut-pengikutnya. Diantara isi keputusan rapat rahasia itu adalah sebagai berikut :
1. Pemboikotan akan diberlakukan bagi keluarga Nabi (Bani Hasyim)
2. Pemboikotan akan diberlakukan bagi orang-orang yg memeluk agama Islam
3. Selama masa pemboikotan, hubungan perdagangan harus diputuskan (baik dari dalam maupun luar)
4. Pemboikotan akan dinyatakan dicabut, jika Bani Hasyim bersedia menyerahkan Nabi kepada mereka


15. Wafatnya Siti Khadijah dan Abu Thalib (Isteri & Paman Nabi Muhammad SAW)

Akibat adanya pemboikotan itu, Siti Khadijah menderita sakit berat, lalu ia meninggal dunia dan setelah sebulan kemudian Abu Thalib menyusul wafat. Disinilah yg disebut “Amul Hazam” (Tahun Duka Cita) kesediahan Nabi, karena Nabi telah kehilangan dua tenaga kekuatan yg memiliki arti penting sekali dalam menunjang perjuangannya di masa itu.
Karena sesungguhnya Khadijah telah menghabiskan hartanya yg begitu banyak dan kaya raya dan Khadijah menjadi miskin demi menyumbangkan hartanya kejalan Allah SWT dan sesungguhnya Abu Thalib adalah paman yang sangat membela Nabi dan ia tidak mau sampai terjadi apa-apa yang tertimpa pada Nabi.
 

16. Hijrah Ke Thaif
 
Dengan adanya pemboikotan oleh orang-orang musyrikin makkah terhadap Nabi dan pengikutnya, maka untuk sementara waktu, Nabi dan para pengikutnya mencoba melaksanakan hijrah ke Thaif.
Namun di Thaif juga tidak mendapatkan sambutan baik dari penduduk setempat. Bahkan Nabi dan para pengikutnya dihalau dan diusir dengan kekerasan, bahkan juga dipukul dan dilempari dengan batu-batu dan kayu-kayu, sehingga Nabi berserta pengikutnya menjadi babak belur dibuatnya. Meskipun demikian, Nabi beserta para pengikutnya menerima ujian itu dengan tabah dan sabar dan meninggalkan Thaif ketika hari itu juga.
Pada saat itu munculah malaikat Jibril a.s menemui Nabi dan berkata :
“Ya Rasulullah, jika engkau menyuruhku untuk mengangkat gunung ini, maka aku akan menimpakan gunung ini di atas kampung penduduk Thaif yg zhalim itu”
Rasulullah SAW menjawabnya :
“Wahai malaikat, aku diutus oleh Allah SWT bukan untuk menyiksa umat manusia, aku hanya berharap kepada Allah SWT, semoga dikemudian hari mereka beriman kepadaku”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SINOPSIS & RESENSI "CAHAYA CINTA PESANTREN"

PUISI UNTUK HABIB MUNZIR AL-MUSAWA (2020)

Buku Terukir Kata Para Pecinta Karya Reza Aditya