SEJARAH RIWAYAT NABI BESAR MUHAMMAD SAW (Laksana Cahaya Diatas Cahaya)
SEJARAH RIWAYAT
NABI BESAR MUHAMMAD SAW
1. Kelahiran
Nabi Muhammad SAW
Menurut jumhur (mayoritas) ulama,
Nabi Muhammad SAW dilahirkan
pada hari Senin
tanggal 12 Rabbiul Awwal, tahun Gajah atau bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M.
Dikatakan tahun Gajah
karena pada tahun
kelahiran Nabi datanglah pasukan bergajah dari negeri Yaman yang dipimpin oleh raja Abrahah
ke Makkah
yang bertujuan ingin menghancurkan
Ka’bah tetapi digagalkan Allah SWT.
Pada
waktu ingin melahirkan, sama sekali ibu Nabi yaitu Aminah tidak mengira bahwa ia ingin melahirkan, karena tidak
merasakan sakit sama kali dan pada waktu ingin melahirkan munculah dua orang
perempuan yang cantik sekali dengan wajah yg berseri-seri, mereka bernama Asiah
dan Maryam dan ia bersama beberapa bidadari. Mereka datang karena atas perintah
Allah SWT untuk menyambut kelahiran Nabi yg kelak akan menjadi seorang Nabi
Akhir Zaman. Di saat
Aminah
melahirkan, kedua perempuan itulah yang membantu mengurus kelahirannya bagaikan
bidan yg mengurus dari awal kelahiran sampai selesai.
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Nabi
Muhammad SAW terlahir dalam posisi bersujud,
dalam keadaan sudah bersih (dikhitan), sudah terpotong pusatnya dengan
kekuasaan Allah SWT, sementara
riwayat lain menyatakan bahwa beliau dikhitan oleh kakeknya yaitu Abdul
Muthalib. Beliau terlahir sebagai yatim, karena ayahnya yang
bernama Abdullah wafat pada masa Aminah mengandung Nabi berusia dua
bulan, pada saat itu Abdullah sedang
dalam perjalanan mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adiy dari
suku Najjar dan selama sebulan beliau tinggal bersama mereka dalam keadaan
sakit dan akhirnya wafat
serta dimakamkan di Madinah.
Pada
waktu Aminah mengandung Nabi, ia bermimpi kedatangan para nabi-nabi dan
nabi-nabi pun berpesan kepada Aminah, sesungguhnya jika kelak bayimu lahir
berilah dengan nama “MUHAMMAD”
artinya (yang terpuji).
Mimpi
Aminah saat mengandung Nabi Muhammad SAW bertemu para Nabi-Nabi :
Pada
bulan Rajab, bermimpi Nabi Adam a.s
Pada
bulan Sya’ban, bermimpi Nabi Idris a.s
Pada
bulan Ramadhan, bermimpi Nabi Nuh a.s
Pada
bulan Syawwal, bermimpi Nabi Ibrahim a.s
Pada
bulan Dzulqoidah, bermimpi Nabi Ismail a.s
Pada
bulan Dzulhijjah, bermimpi Nabi Musa a.s
Pada
bulan Muharram, bermimpi Nabi Daud a.s
Pada
bulan Safar, bermimpi Nabi Sulaiman a.s
Pada
bulan Rabi’ul Awwal, bermimpi Nabi Isa a.s
Setelah
Nabi dilahirkan, Nabi tidak langsung disusui oleh ibunya tetapi disusui selama
tiga atau enam hari oleh Tsuwaibah
(perempuan yang dimerdekakan oleh Abu Lahab). Sesungguhnya ini adalah adat
kebiasaan para bangsawan Makkah, jika lahir anak laki-laki maka tidak langsung
disusui oleh ibu kandungnya. Disebabkan untuk menjaga kondisi tubuh ibunya agar
tetap segar dan jika dikirim untuk disusukan oleh kaum ibu di pegunungan dan
dibesarkan ditempat itu juga akan jauh lebih baik pertumbuhan fisik anak balita
dari pada dibesarkan di kota yang udaranya terkenal sangat panas. Maka setelah
disusui oleh Tsuwaibah, Abdul Muthalib
(kakek Nabi) menyerahkan cucunya kepada seoarang perempuan diluar kota Makkah
yang bernama Halimah dari golongan
Kabilah Bani Saad.
Halimah
menyampaikan pengakuannya bahwa bayi Nabi Muhammad SAW lain dari pada yg lain,
sejak kecil ia mempunyai tanda-tanda istimewa, yang tidak terdapat pada
bayi-bayi lainnya, seperti :
Usia tiga bulan
sudah pandai berdiri
Usia lima bulan
sudah pandai barjalan
Usia sembilan
bulan sudah pandai berbicara dengan lancar
Usia dua tahun
sudah bisa membantu menggembala kambing
Pada
suatu hari, ketika anak anak dusun sedang menggembalakan kambing bersama Nabi,
tiba tiba datanglah dua makhluk (yg menyerupai orang) yg turun dari langit. Dan
makhluk itu membaringkan Nabi kerumput lalu dibelahlah dada Nabi dan dibasuhi
dengan air yang mereka bawa di suatu bejana. Dibelahnya dengan suatu pisau yg
bentuknya beda dengan yg lainnya. Ditancapkanlah pisau itu di bawah tenggorokan
Nabi dan ditarik hingga berada dibagian atas pusar Nabi, lalu tulang dada Nabi
menjadi terbelah dua, tanpa setetes pun mengeluarkan darah, lalu hati Nabi
dikeluarkan dan dicuci dengan air yang dibawanya tadi, lalu diujung hati Nabi
dikerat dan dibuang sedikit karena dibagian itulah tempat setan yg senantiasa
membikin was-was hati manusia. Setelah selesai dirapatkanlah kembali hati Nabi
tanpa dijahit dan tidak ada rasa sakit sama sekali yang Nabi rasakan, lalu dua
orang itu kembali naik ke atas ufuk yg sangat tinggi sekali dengan kecepatan
yang sangat luar biasa.
Dalam bab Mab’ats An-Nabiyyi SAW diriwayatkan
oleh Al-Imam Bukhari:
Kejadian-Kejadian Luar Biasa Saat kelahiraan Nabi
Muhammad SAW :
Langit
tambah menjadi terjaga dari jin yg jahat dan setan-setan yang mau naik sehingga
tertolak.
Memancarlah
cahaya yg terang menyinari gedung-gedung negeri syam yg dibawah kekuasaan
kerajaan Qaishar.
Padamlah
api yang menjadi sesembahan di beberapa kerajaan persia. Hancurlah patung-patung
berhala yang ada disekitar ka’bah. Dan masih banyak kejadian yang lainnya.
2. Nasab
Keturunan Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW
Abdullah
Abdul Muthalib
Hasyim
Abdul Manaf
Qusyai
Kilab
Murrah
Ka’ab
Luai
Ghalib
Fihr
Malik
Nadhr
Kinanah
Khuzaimah
Mudrikah
Ilyas
Mudhar
Nizar
Ma’add
Adnan
Dalam kitab Tarikh Al-Kabir ditambahkan riwayatnya oleh
Al-Imam Bukhari :
Udud
Al-Maqum
Nahur
Tarh
Ya’rab
Nabit
Nabi Ismail a.s
Nabi Ibrahim a.s
3. Wafatnya Aminah
(Ibunda Nabi Muhammad SAW)
Ketika
Nabi yang baru berumur dua tahun, Nabi diserahkan kepada ibu kandungnya
kembali, namun setelah beberapa bulan kemudian, Nabi dibawa kembali kepada
Halimah, karena Aminah merasa khawatir akan terjangkit penyakit menular yang
pada saat itu sedang merajalela di kota Mekkah, dan Nabi berada diasuhan
Halimah masih selama empat tahun lagi bersamanya.
Pada
usia enam tahun. Halimah kembali
menyerahkan Nabi kepada ibu kandungnya di Mekkah, Halimah terasa berat dan
sedih akan segera berpisah dari Nabi, setelah berpisah Halimah sering
berkunjung ke Mekkah untuk menemui dan melihat Nabi, karena ia menganggap Nabi
bagaikan anak kandungnya sendiri.
Aminah
menceritakan seluruh keluarganya kepada Nabi dan ayahnya yang sudah meninggal,
dan pada suatu hari Aminah mengajak Nabi bersama Ummu Aiman berziarah ke
Madinah, Aminah ingin memperlihatkan kepada anaknya dimana letak makam almarhum
ayahnya. Selama kurang lebih satu bulan mereka bermukim di Madinah.
Setelah
itu, Aminah dan Nabi serta Ummu Aiman pulang ke Mekkah, mereka menaiki onta
melalui gurun sahara atau padang pasir yg panas teriknya sangat menyengat,
ketika Nabi dan ibu kandungnya serta Ummu Aiman sampai disuatu dusun yg
terletak antara kota Madinah dan Mekkah yg bernama Abwa, disinilah Aminah jatuh sakit
dan terpaksa perjalanan pulang ditunda, lalu mereka mampir kerumah salah
seorang kerabat Nabi, setelah beberapa waktu lamanya Aminah sakit, lalu tibalah
Aminah pulang Kerahmatullah, meninggalkan anak yg dicintainya dan disaat itulah
umur Nabi masih enam tahun sudah
menjadi Yatim Piatu. Lalu Aminah
dimakamkan di Abwa dan hanya Ummu Aiman yg menemani Nabi kembali pulang ke Makkah
dengan hati yg duka cita.
4. Wafatnya Abdul
Muthalib (Kakek Nabi Muhammad SAW)
Dan
setalah ibundanya Nabi wafat, Nabi diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, dengan asuhan yg penuh rasa kasih sayang itu untuk
sang cucu, tiba tiba dua tahun
kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena sakit tua.
Diceritakan
dalam suatu riwayat, ketika sakitnya dalam keadaan kritis, ia lalu memanggil
seluruh anak anaknya untuk berkumpul dan ia mewasiatkan Nabi kepada mereka
untuk dijaga, dan Nabi pun memilih Abu Thalib (ayah kandung Ali r.a) untuk
menjaga dan mengasuh dirinya.
5. Mencari Nafkah
Ketika
Masih Kanak-Kanak
Setelah
wafatnya Abdul Muthalib, Lalu Nabi mengikuti pamannya (Abu Thalib), Abu Thalib
adalah orang yg penuh wibawa, sabar, dan tekun. Pekerjaannya adalah berdagang
ketempat yg jauh, yg sering membawa barang dagangan ke Syiria (Syam).
Ketika
berumur sepuluh tahun, Nabi bekerja
sebagai penggembala kambing kepunyaan penduduk Makkah, dengan tujuan untuk
mencari nafkah sendiri agar tidak merepotkan pamannya dan tidak ingin selamanya menggantukan nasibnya
kepada pamannya.
Ketika
berumur dua belas tahun, Nabi diajak berdagang bersama pamannya Abu Thalib ke
negri Syiria, inilah pengalaman pertamanya Nabi pergi berdagang pada sekitar
tahun 582 Masehi. Dan ketika Nabi sudah sampai di sana, ada seorang pendeta
Kristen yg bernama Buhaira. Tiba-tiba ia merasa heran karena melihat segumpalan
awan yg selalu menaungi serombongan kabilah itu yg datang dari makkah.
Lalu
para rombongan kabilah itu dipersilahkan masuk kerumah pendeta itu, lalu Abu
Thalib diajak dialog secara empat mata dengan pendeta itu, dan pendeta itu
bertanya “siapakah anak itu yg bersama
dengan tuan ?” dan Abu Thalib
menjawab “Bahwa ia adalah keponakan saya
yg bernama Muhammad Bin Abdullah” lalu
pendeta itu berkata “Sesungguhnya bahwa
kelak dikemudian hari, Muhammad akan
menjadi Nabi Akhir Zaman yg diterangkan di dalam Kitab Injil dan Taurat”
dan tentunya Abu Thalib sendiri akan lebih berhati-hati dalam menjaga Nabi.
Dari
Atha Bin Yasar dari Ka’ab Al-Ahbar telah berkata :
“Ayahku telah
mengajarkanku kepadaku kitab Taurat hingga tamat, kecuali selembar saja yang
tidak diajarkan dan memasukannya kedalam peti. Maka setelah ayahku meninggal,
aku buka peti itu ternyata selembar kitab Taurat tadi menerangkan halnya Nabi
akhir zaman yg tempat kelahirannya dikota Makkah dan berpindah ke Madinah serta
kepemerintahannya meluas ke negri Syam”
6. Nabi Muhammad
SAW Ketika Mudanya
Pada
masa mudanya Nabi pernah membuat suatu perkumpulan yg dinamakan “Hilful Fudhul”. Maksud dan tujuan
perkumpulan ini adalah untuk melindungi orang-orang agar jangan sampai
teraniaya oleh tindakan orang-orang yg tidak bertanggung jawab. Dengan adanya
usaha-usaha ini yg dipimpin oleh Nabi sendiri, terhentilah segala bentuk
kejahatan, perampasan dan pencurian di kota Mekkah. Melihat kenyataan yg
demikian itu, penduduk kota Mekkah mengucapkan terima kasih atas usaha-usaha yg
dilakukan oleh Nabi dan kawan-kawannya. Nabi diantara anggotanya dikenal
sebagai pemuda yg jujur, sehingga orang-orang penduduk mekkah memberikan
julukan kepada Nabi sebagai “Al-Amin,
artinya orang yg boleh dipercaya”.
7. Ketika Berusia 25
Tahun dan Menikah Dengan Khadijah
Dalam usia 25 tahun,
nama Muhammad sudah popular dan masyhur di mana-mana karena kelakuannya amat
terpuji. Disaat itu Nabi senantiasa menimbulkan suatu persoalan-persoalan yg
menjadi pertanyaan didalam hatinya, diantaranya :
Mengapa orang suka
memuja-muja patung atau arca lalu sujud dihadapannya, padahal patung itu benda
mati dan dibuat oleh manusia.
Mengapa orang-orang
besar para bangsawan dan sebagian rakyat
umum suka membunuh bayi perempuan, lalu dianggapnya sebagai adat istiadat.
Mengapa manusia dijual
belikan bagaikan hewan yaitu budak laki-laki maupun perempuan.
Dan disaat itulah Nabi
bercita-cita untuk merubah keadaan yg demikian itu dan juga ingin merubah
keadaan nasib bangsanya.
Lalu dikota Mekkah ada
seorang perempuan dari kalangan orang-orang baik keturunannya, namanya Siti
Khadijah Binti Khuailid, ia adalah seoarang janda yg kaya raya, cantik dan
masih terlihat muda walupun usianya telah mencapai sekitar 40 tahun.
Khadijah sudah lama
ditinggal mati oleh suaminya, banyak orang-orang hartawan yg tertarik hatinya
untuk mengambilnya sebagai istri, namun Khadijah tidak berkenan kepada mereka
karena satupun dari mereka tidak ada yg disetujui oleh kata hatinya. Meskipun
Khadijah adalah seorang perempuan namun ia memiliki keahlian dalam bidang
perdagangan, dan perdagangannya terkenal sampai ke negeri Syam dan
negeri-negeri lainnya, karyawannya banyak dan ia mempunyai seoarang sekertaris
yg terkenal yaitu Maisarah seorang
budak laki-laki yg cekatan, cerdik dan pandai dan sangat dipercaya. Meskipun ia
sudah dibebaskan dalam budak namun ia masih tetap senang bekerja sengan
Khadijah dan menjadi karyawannya yg setia.
Sebenarnya Khadijah
sudah lama bercita-cita ingin bersuami kembali namun ia merasa belum ada yg
cocok seperti yg diinginkannya dalam kata hatinya, ia menginginkan untuk
mencari seorang yg memiliki keahliannya dalam perdagangan yg aktif dan jujur yg
bisa dipercaya, maka setelah Khadijah mendengar nama Muhammad, ia merasa
tertarik untuk menjadikan Nabi sebagai pegawainya yg bisa diamanati dan
diserahi membawa barang dagangannya ke negeri Syam, lalu Khadijah berjanji akan
memberikan gaji yg cukup memuaskan. Lalu nabi menerima tawaran Khadijah dan
Nabi datang menemui Khadijah, ketika itu Khadijah terpesona melihat Muhammad
dan dalam hatinya mengakui bahwa nama Muhammad pantas karena orangnya memang
baik budinya.
Lalu Nabi diberi
amanah oleh Khadijah untuk pergi berdagang ke negeri Syam dan Syiria bersama
Maisarah, sebelum keberangkatannya Khadijah berpesan kepada Maisarah agar
membawa buku catatan untuk mencatat apa saja yg terjadi dalam perjalanan
bersama Nabi ke negri Syam dan Syiria, dan berangkatlah Nabi bersama Maisarah
pada hari yg ditetapkan.
Menurut catatan
Maisarah, dijelaskan sebagai berikut :
1 Dalam
perjalanan ke Syiria, ada segumpalan awan yg menaunginya.
2. Perjalanan
yg biasa ditempuh dalam waktu sebulan tetapi kini sebulan sebelumnya kami telah
sampai.
3. Dagangan
yg dibawa Muhammad mendapatkan sambutan baik dari masyarakat di kota setempat
dan dengan waktu singkat dagangannya terjual habis.
Setelah Nabi kembali
dari perjalanan berdagangnya, diserahkan semua uang keuntungannya itu kepada
Khadijah, lalu Nabi pulang kerumahnya setelah ia menerima imbalan dari Khadijah,
dan Khadijah sepertinya merasa
tertarik dan simpati betul kepada pribadi Nabi, lalu ia berhasrat ingin
mengajak Nabi menjalin hubungan rumah tangga dan Nabi tidak keberatan memenuhi
ajakan Khadijah untuk menjalin hubungan rumah tangga, meskipun Khadijah lebih
tua lima belas tahun umurnya ketimbang Nabi, ini dimaksudnya Nabi untuk
mendobrak adat kebiasaan lama yaitu anak lelaki perjaka harus menikah dengan
perempuan yg masih gadis dan merupakan keaiban jika ada pemuda perjaka yg
menikah dengan perempuan janda.
Nabi hidup rukun
dengan istrinya Khadijah dan pernikahan mereka berdua ini melahirkan enam orang
anak, dua anak laki-laki dan empat anak perempuan, diantaranya :
1. Qasim
2. Abdullah
3. Zainab
4. Ruqayah
5. Ummu Kultsum
6. Fatimah
Ada satu
anak Nabi yang terlahir bukan dari rahim Khadijah yaitu bernama Ibrahim (anak
dari isteri Nabi yg bernama Maria Al-Qibtiah).
8. Isteri-Isteri Nabi Muhammad SAW
Dari sebelas
istri Nabi yg wafat saat Nabi masih hidup adalah 2 orang yaitu Khadijah dan
Zainab binti Khuzaimah. Sedangkan isteri Nabi yg sembilan masih hidup saat Nabi
wafat. Dalam riwayat lain Nabi mempunyai keseluruhan isteri sebanyak 12 orang.
Isteri-isteri
Nabi disebut dengan julukan “Ummul Mu’minin”
artinya ibu orang-orang beriman. Karena mereka banyak menolong menyebarkan
agama Islam di kalang kaum ibu.
Nabi
menikahi mereka semua setelah Khadijah meninggal dunia dan mereka semua
dinikahi dalam keadaan janda kecuali Aisyah r.a.
Nama isteri-isteri Nabi Muhammad SAW :
1. Khadijah
binti Khuwailid
2. Saudah binti
Zam’ah
3. Aisyah binti
Abu Bakar r.a
4. Hafshah
binti Umar r.a
5. Zainab binti
Khuzaimah
6. Hindun Ummu
Salamah binti Ummayah
7. Ramlah Ummu
Habibah binti Abu Sofyan
8. Zainab binti
Jahsyin
9. Juwairiyah
binti Al-Harits
10. Shofiyah
binti Huyay
11. Maimunah
binti Al-Harits Al-Haliyah
12. Maria
Al-Qibtiyah
9. Ketika Berusia 30
Tahun
Ketika Nabi Muhammad
SAW berusia 30 tahun, para kepala suku bangsa arab yg tinggal di kota Makkah
pada saat itu sedang ramai memperbaiki Ka’bah yg mengalami kerusakan karena
terkena banjir besar yg diakibatkan oleh turunnya hujan deras yg terus menerus
sehingga “Hajar Aswad” pindah dari
tempat semula dan terbawa oleh arus banjir itu.
Setiap penduduk kota
Makkah sepakat untuk turut membantu pekerjaan itu dengan sukarela dan bergotong
royong, tetapi tidak disangka-sangka justru timbul percecokan di kalangan
mereka dan setiap orang berkeinginan untuk dapat memegang dan mengangkat serta
meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula dengan tangannya sendiri, akhirnya
terjadi pertengkaran mulut dan untungnya tiba tiba ada sesepuh diantara mereka
yg mengusulkan pendapat sebagai berikut :
“Jika
kita terus menerus bertegang urat leher, maka cara demikian itu bukanlah suatu
penyelesaian, keputusan ini kita tanggungkan sampai besok pagi, (siapakah orang
pertama yg masuk ke Masjidil Haram besok, maka dialah yg akan kita mintakan
supaya mengangkat Hajar Aswad dan meletakannya kembali ketempat semula)”
Dan akhirnya mereka semua
menyetujui usul itu dan mereka kemudian berkumpul di dalam masjid itu, lalu
mereka menunggu-nunggu siapakah orang yg pertama dan pemula yg akan datang
selain dari mereka itu.
Maka takdir Allah SWT,
ketika itu Nabi muncul dan masuk kedalam masjid itu, lalu disaat itu Nabi
ditunjuk beramai-ramai untuk memindahkannya dan dengan senang hati Nabi
menerima penunjukan mereka itu. Nabi adalah orang yg bijak dan dalam hal ini pun ia memili kebijaksanaan
agar setiap kepala suku ikut serta merasakan mengangkat dan memindahkan Hajar
Aswad pada tempatnya semula. Lalu Nabi menghamparkan sorbannya lalu meletakan
batu Hajar Aswad di tengah-tengah sorbannya, dan Nabi meminta kepada para
kepala suku agar bisa memegang setiap ujung sorban itu dan bersama-sama
mengangkatnya dan menggotongnya ke sana.
Semua kepala suku
Quraisy merasa senang dan girang sekali dalam menyambut dan menerima ajakan
Nabi, setelah sampai di tempatnya semula lalu Nabi memegang Hajar Aswad dengan
kedua tangannya lalu mengangkatnya dan
meletakannya sendiri ketempat semula. Mereka kesemuanya merasa sangat
puas dengan cara yang dilakukan Nabi karena telah mendapatkan kehormatan untuk
mengangkat Hajar Aswad itu.
10. Ketika Pembebasan Budak
Ada suatu hal yg
dilakukan oleh Nabi yg tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab lain sebelumnya
yaitu pembebasan budak atau hamba sahaya baik laki-laki maupun perempuan lalu
membimbing dan menjaganya.
Nabi sebenarnya tidak
menyetujui adanya sistem perbudakan yg demikian itu dan ia sendiri sangat
membencinya. Maka setelah ia menikah dengan Khadijah, Nabi mendapatkan hadiah
beberapa orang budak dari Khadijah, lalu semua para budak-budak itu
dimerdekakan oleh Nabi dan diberikan kebebasan dan dibolehkan pergi kemana saja
yg mereka kehendaki dan sukai. Dengan senang hati para budak-budak itu pergi
kemana saja yg mereka inginkan, tetapi ada juga yg dengan senang hati sendiri
menginginkan tetap tinggal bersama Nabi diantaranya adalah budak yg bernama Zaid Bin Harits.
Zaid berkata :
“Meskipun
saya telah di merdekakan dan dibebaskan pergi ke mana saja yg saya inginkan,
namun saya mohon izinkanlah saya untuk tetap tinggal bersama tuan”
Nabi menjawab :
“Jangan
kau panggil aku sebagai tuan, aku lebih menyukai jika kau memanggilku bapak
saja”
11. Ketika Menerima Wahyu Pertama
Setelah bertahun-tahun
lamanya Nabi berusaha dan berjuang melalui perkumpulan yg pernah dibentuknya,
namun masih juga hatinya diliputi kecemasan dan ketidak puasan, karena ia masih
melihat keburukan yg terdapat dikalangan bangsanya. Nabi tidak suka melihat
orang-orang zalim, kejam, sering kali melihat penganiayaan dan juga lebih tidak sesuai
lagi dengan pikirannya, mengapa manusia
memuja-muja patung ,arca dan berhala. Maka timbulah kemauan yg besar dalam jiwa
Nabi untuk menghilangkan kebiasan-kebiasan itu dari kalangan masyarakat.
Ketika itu usia Nabi 40 tahun, ia sering kali mengasingkan
diri disebuah gua dari sebuah gunung yg letaknya tidak jauh dari kota Makkah,
yg namnya adalah Gua Hira’ . Pada siang harinya Nabi berpuasa dan pada malam harinya
Nabi tafakkur untuk menenangkan
dirinya dan perasaannya hanya ingat kepada pencipta alam semesta untuk meminta
petunjuknya.
Pada suatu malam,
tanggal 17 Ramadhan tahun 40 dari kelahirannya, tiba-tiba gua yg ditempatinya
itu menjadi terang benderang yg memancarkan cahaya bersinar, yg menerangi
seluruh ruangan dalam gua itu dan turunlah suatu makhluk dari langit yg
berbentuk manusia dengan kecepatan yang
luar biasa kencangnya, lalu menghampiri Nabi. Setelah makhluk itu mengucapkan
salam kepadanya, lalu berjabat tangan dengannya dan duduk bersila berhadapan
dengannya, sehingga beradu lutut dengannya.
Makhluk itu sebenarnya
tidak lain adalah malaikat Jibril a.s yg menjelmakan dirinya berbentuk manusia, lalu
Jibril a.s menghamparkan kain sutera yg halus yg bertuliskan huruf-huruf dan
Jibril kemudian berkata kepada Nabi Muhammad SAW :
“IQRA’
BISMI RABBIKAL-LADZI KHALAQ”
“KHALAQAL
INSANA MIN’ALAQ”
“Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang telah menciptakan
manusia dari segumpal darah”
Nabi menjawab :
“
MA ANA BIQARI”
“Saya
tidak bisa membaca"
Lalu Jibril a.s memeluk Nabi, hingga
kepala Nabi berada di dada Jibril a.s
hingga Nabi sedikit susah bernafas, lalu Jibril a.s melepaskannya dan berkata
lagi :
“IQRA’
WA RABBUKAL-AKRAM”
“ALLADZI
ALLAMA BIL-QALAM”
“ALLAMAL-INSANA
MA LAM YA’LAM”
“Bacalah,
dan tuhanmu itu Maha Mulia. Yang telah mengajarkan menulis dengan qalam. Yang
telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”
Nabi menjawab lagi :
“WAMA
ANA BIQARI”
“Dan
saya tidak bisa membaca"
Lalu Jibril a.s sekali
lagi memeluk Nabi, sehingga Nabi merasakan kelagepan dan Jibril a.s menyuruhnya
membaca sekali lagi, tapi Nabi tetap menjawab : “WAMA ANA BIQARI” . Lalu Jibril a.s memeluknya lagi untuk ketiga
kalinya dan agak lama lalu dilepaskannya.
Lalu dengan izin Allah
SWT seolah-olah tulisan itu melekat pada hatinya dan Nabi dapat membacanya dan
itulah proses diturunkannya wahyu petama
kepada Nabi Muhammad SAW.
Telah diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda :
“Aku
adalah yang pertama diantara para Nabi dalam
penciptaannya, Namun aku adalah yang terakhir dalam keRasulan”
Firman Allah SWT dalam
surah Al-Baqarah ayat 185 :
“SYAHRU
RAMADHANAL-LADZI UNZILA FIHIL-QUR’AN HUDAL-LINNASI WA BAYYINATIM-MINAL-HUDA WAL
FURQAN”
Artinya :
“Di
bulan Ramadhan itu, yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi
manusia dan keterangan-keterangan dari petunjuk itu, serta pembedaan (antara yg
haq dan batil).”
12. Orang Pertama
Pemeluk Islam
Orang-orang pertama
yang mempercayai kerasulan Nabi Muhammad SAW :
1. Siti Khadijah (isteri
Nabi)
2. Zaid Bin Harits (anak
angkatnya Nabi)
3. Ali Bin Abu Thalib
(anak pamannya Nabi)
4.
Abu
Bakar As-Siddiq (sahabatnya Nabi)
Lalu di ikuti oleh :
1. Utsman Bin Affan
2. Abdurrahman Bin Auf
3. Thalhah Bin Ubaidillah
4. Saad Bin Abu Waqqas
5. Zuber Bin Awwam
6.
Ubaidillah
Bin Jarah
Dan selama 3 tahun,
Nabi Muhammad SAW, baru mendapatkan pengikut sebanyak 40 orang.
13. Dakwah Secara
Terang-Terangan
Pada saat itu Nabi
mengundang orang-orang Makkah dalam suatu pertemuan dan pertemuan semacam ini
dilaksanakan sampai beberapa kali, yg isinya antara lain Nabi menjelaskan :
Pencipta alam semesta ini ialah
Allah SWT (tuhan yg satu).
Tiada tuhan yg patut disembah
kecuali Allah SWT.
Sepatutnyalah penduduk kota
Mekkah meninggalkan pemujaan kepada patung-patung buatan manusia sendiri.
Jika patung-patung itu diserang,
maka patung itu tidak akan dapat membela dirinya.
Tetapi Allah SWT (Tuhan yg satu,
tuhan yg maha Esa) akan menolong siapa saja yg memohon pertolongan dan bantuan
kepadanya.
Pada suatu ketika
pemuka-pemuka Quraisy berkumpul mengadakan rapat, dan hasil rapat yg mereka
putuskan adalah memberantas agama Islam agar lenyap dari permukaan bumi dan
tahapan pertama yg akan mereka lakukan adalah membujuk dan merayu Nabi dengan :
1. Mempersembahkan harta
kekayaan.
2. Memberikan pangkat dan
kedudukan yg tinggi.
3.
Menjanjikan
untuk dicarikan isteri muda yg cantik berapapun yg disukainya.
Dan tawaran-tawaran
itu diajukan kepada Nabi dengan syarat untuk menghentikan segala bentuk
kegiatannya dalam menyebarkan agama Islam.
Lalu dengan tegasnya
Nabi menyampaikan jawabannya kepada mereka itu :
“Meskipun
tuan-tuan akan meletakkan matahari ditangan kanan saya, dan bulan ditangan kiri
saya, setapakpun saya tidak akan mundur, sehingga ajaran Islam menyebar ke
seluruh semenanjung Arab bahkan ke seluruh pelosok dunia”
Setelah tahapan
pertama yg orang-orang Quraisy usahakan itu menemui kegagalan, lalu mereka
mencobanya lagi dengan cara kekasaran dan
kekerasan yaitu melalui teror dan penyiksaaan dan terutama sekali
ditunjukan kepada pemeluk-pemeluk islam dari kalangan orang misik dan
budak-budak belian.
14. Menentang Ajaran
Agama Islam
Orang-orang musyrik
Quraisy Makkah maupun Abu Jahal mengadakan rapat rahasia, hasil rapat itu
memutuskan untuk memboikot keluarga Nabi yg telah memeluk Islam dan
pengikut-pengikutnya. Diantara isi keputusan rapat rahasia itu adalah sebagai
berikut :
1. Pemboikotan akan
diberlakukan bagi keluarga Nabi (Bani Hasyim)
2. Pemboikotan akan
diberlakukan bagi orang-orang yg memeluk agama Islam
3. Selama masa
pemboikotan, hubungan perdagangan harus diputuskan (baik dari dalam maupun
luar)
4. Pemboikotan akan
dinyatakan dicabut, jika Bani Hasyim bersedia menyerahkan Nabi kepada mereka
15. Wafatnya Siti
Khadijah dan Abu Thalib (Isteri & Paman Nabi Muhammad SAW)
Akibat adanya
pemboikotan itu, Siti Khadijah menderita sakit berat, lalu ia meninggal dunia
dan setelah sebulan kemudian Abu Thalib menyusul wafat. Disinilah yg disebut “Amul Hazam” (Tahun Duka Cita) kesediahan
Nabi, karena Nabi telah kehilangan dua tenaga kekuatan yg memiliki arti penting
sekali dalam menunjang perjuangannya di masa itu.
Karena sesungguhnya
Khadijah telah menghabiskan hartanya yg begitu banyak dan kaya raya dan
Khadijah menjadi miskin demi menyumbangkan hartanya kejalan Allah SWT dan
sesungguhnya Abu Thalib adalah paman yang sangat membela Nabi dan ia tidak mau
sampai terjadi apa-apa yang tertimpa pada Nabi.
16. Hijrah Ke Thaif
Dengan adanya
pemboikotan oleh orang-orang musyrikin makkah terhadap Nabi dan pengikutnya,
maka untuk sementara waktu, Nabi dan para pengikutnya mencoba melaksanakan
hijrah ke Thaif.
Namun di Thaif juga
tidak mendapatkan sambutan baik dari penduduk setempat. Bahkan Nabi dan para
pengikutnya dihalau dan diusir dengan kekerasan, bahkan juga dipukul dan
dilempari dengan batu-batu dan kayu-kayu, sehingga Nabi berserta pengikutnya
menjadi babak belur dibuatnya. Meskipun demikian, Nabi beserta para pengikutnya
menerima ujian itu dengan tabah dan sabar dan meninggalkan Thaif ketika hari
itu juga.
Pada saat itu munculah
malaikat Jibril a.s menemui Nabi dan berkata :
“Ya
Rasulullah, jika engkau menyuruhku untuk mengangkat gunung ini, maka aku akan
menimpakan gunung ini di atas kampung penduduk Thaif yg zhalim itu”
Rasulullah SAW
menjawabnya :
“Wahai
malaikat, aku diutus oleh Allah SWT bukan untuk menyiksa umat manusia, aku
hanya berharap kepada Allah SWT, semoga dikemudian hari mereka beriman kepadaku”
Komentar
Posting Komentar